Ternyata Tuhan
Bisa Ditipu
Pada awal pelayaran tamasya dengan kapal
pesiar Titanic yang mewah Kapten kapal berpidato di depan para turis.
“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang berbahagia,
selamat datang di kapal pesiar ini. Kami sangat bangga dapat melayani Tuan-tuan
dan Nyonya-nyonya untuk menikmati pesiar yang menyenangkan. Anda sekalian dapat
makan, tidur, berolah raga dan berpesta dengan tenang di sini, karena kapal ini
telah dirancang untuk memberikan rasa aman kepada para penumpang. Kapal ini
aman dari terpaan badai dan gelombang laut, juga dilengkapi dengan dinding
lambung kapal yang anti bocor.
Para penumpang bertepuk tangan dengan senang
dan mulai menikmati suasana liburan mereka. Tetapi pada hari ketika kapal
pesiar tersebut menabrak pulau karang yang menyembul di tengah lautan yang
luas. Semua penumpang panik dan Kapten kapal sendiri akhirnya melompat ke laut
setelah melihat kemungkinan kapal tersebut akan tenggelam. Ketika dia menengok
ke belakang, ternyata memang kelihatan kapal mulai tenggelam bersama seluruh
penumpangnya.
Saat ombak makin mengganas, si Kapten mulai
berdoa, “Ya Tuhan, kalau aku selamat nanti, aku akan memberikan persembahan
dengan seekor kerbau.”
Tiba-tiba dia melihat sepotong papan kayu
yang segera diraihnya untuk pegangan. Si Kapten mulai agak tenang dan berdoa
kembali, “Ya, Tuhan, kalau ombak ini bisa membawaku ke pantai aku akan
mempersembahkan seekor kambing.” Beberapa saat kemudian angin bertiup dan
membawa si Kapten ke arah pantai. Ketika gugusan pulau telah terlihat, dengan
gembira si Kapten berdoa kembali,” terima kasih Tuhan, Engkau telah menciptakan
angin yang meniup aku sampai ke pantai ini. Jika nanti aku selamat sampai ke
daratan, aku akan memberikan persembahan dengan seekor ayam.”
Akhirnya dengan susah payah si Kapten dapat
berenang ke daratan. Begitu kakinya menjajaki daratan si Kapten berguman,
“ternyata Tuhan juga bisa ditipu, sebenarnya aku sama sekali tidak berniat
untuk memberikan persembahan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar