Seorang istri pendeta ingin sekali
mendapatkan menantu yang baik dan taat beribadah untuk putrinya yang sudah agak
berumur tetapi belum juga bersuami. Akhirnya si Ibu melihat seorang pemuda
tampan yang aktif ke gereja, tetapi ternyata pemuda tersebut seorang yang
mengalami cacat mata.
Setelah mengadakan pendekatan akhirnya pemuda
tersebut setuju untuk menjadi menantu si ibu, tetapi begitu mengetahui bahwa
calon suaminya itu seorang buta putrinya menolak dengan halus.
“Ah, ibu bagaimana nanti aku dapat hidup
bahagia dengan suami yang tidak dapat melihat.”
“Kamu belum tahu indahnya perkawinan anakku,
bujuk si ibu. Walaupun matanya buta, tetapi rabaan-rabaannya dalam gelap akan
membuat engkau berbahagia nak, untuk hal yang satu ini percayalah pada Ibu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar