Ada
seorang pemuda yang saleh dan sangat beriman kepada Tuhan. Lebih beriman dari
Raja Salomon. Suatu hari hujan turun dengan lebatnya, dari pagi hingga ke
malam, tidak berhenti-henti. Oleh karena kawasan rumahnya rendah, maka rumahnya
mulai dibanjiri (termasuk jiran-jirannya). Air mulai memasuki rumahnya. Tak
lama kemudian paras air naik hingga ke pinggang. Tiba-tiba terdengar suara dari
luar rumah.
“Saudara, mari ikut kami menaiki sampan
(perahu) ini sebelum air naik lebih tinggi”.
“Seorang pemuda menjawab, “Saya tidak perlu
sampan itu karena saya beriman kepada Tuhan. Saya pasti, Dia akan menyelamatkan
saya.”
Walaupun mereka terus berkeras untuk membawa
pemuda itu, tetapi dia tetap menolak. Hujan masih turun dengan lebatnya dan
arus air terus naik sehingga setinggi dada. Kemudian datang petugas membawa
perahu dan petugas berkata “saudara segera naik perahu ini agar saudara
selamat.”
“Kemudian si pemuda berteriak saya tidak
perlu perahu itu karena saya beriman kepada Tuhan. Saya pasti, Dia akan
menyelamatkan saya”.
Walaupun mereka akan membawanya tetapi semua
usaha gagal. Akhirnya mereka pergi. Ketika arus air semakin naik, pemuda itu
menaiki bumbung rumahnya untuk menyelamatkan dirinya. Dia terus berdoa dan
mempercayai bahwa Tuhan akan menyelamatkannya. Beberapa menit kemudian paras
air mencapai lehernya, walaupun berada diatas bumbung rumahnya. Terdengar suara
helikopter menghampiri pemuda itu dan juru terbangnya berkata.
“Saudara silahkan naik ke kapal dengan
menaiki anak tangga ini bersama-sama dengan kami, supaya anda tidak mati
lemas.”
Seperti tadi pemuda itu berkeras dan berkata.
“Saya tidak perlu kapal itu karena saya beriman kepada Tuhan, saya pasti Dia
akan menyelamatkan saya”.
Juru terbang helikopter itu terus mendorong
si pemuda supaya naik tapi pemuda itu terus berkeras, akhirnya juru terbang itu
pergi dari tempat tersebut.
“Arus air semakin naik dan akhirnya pemuda
jtu meninggal dunia. Maka sampailah ia di Surga. Dengan hati yang marah dia
berjalan menuju kehadapan Tuhan Yesus, sambil berkata dengan suara yang kuat.
“Tuhan Yesus, sia-sia saja saya berdoa dan
beriman kepada Mu. Lihatlah! Saya sudah meninggal dunia. Sewaktu saya berada
dalam kesusahan Engkau tidak datang menolongku.”
Dengan senyuman yang manis Tuhan Yesus
menjawab.
“Anak-Ku, anak-Ku. Aku sungguh mengasihimu.
Aku tidak pernah membiarkanmu seorang diri. Sebenarnya aku berusaha membantu
engkau. Pertama Aku menghantarkan sebuah sampan tetapi kamu tidak menaikinya.
Kemudian Aku mengantarkan sebuah perahu, tetapi kamu tetap tidak menaikinya dan
akhirnya Aku mengantarkan sebuah helikopter, kamu tetap tidak menaikinya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar