Senin, 08 Oktober 2012

Surga Pancasilais dan Neraka Kapitalis


Ketika seorang warga negara Indonesia meninggal dunia, di akhirat ia mendapat pertanyaan dari malaikat, apakah ia ingin masuk ke surga pancasilais atau ke neraka kapitalis. Ia tersenyum berbahagia karena akhirnya boleh memilih. Dan tentu saja ia memilih neraka kapitalis.
Setelah memenuhi syarat untuk pindah, dengan lama minimal satu tahun pada tempat pertama, ia pun mengajukan permohonan pindah kepada Malaikat untuk pindah ke surga pancasilais. Permohonan itu dikabulkan. Di tempatnya yang baru, ia dikerumuni penghuni surga yang lain dan ditanyai bagaimana rasanya di neraka kapitalis.
“Sama seperti di sini,” katanya. “Di sana kami juga diwajibkan memompa air.”
“Berapa jam kerja diberlakukan di sana?” tanya yang lain.
“Sama seperti di sini,” jawab warga negara Indonesia.
“Kalau begitu kenapa kamu meminta pindah ke sini?” tanya yang lain.
“Oh begini, di sana kita harus bekerja dari pukul delapan pagi sampai pukul delapan malam. Sedangkan di sini mula-mula ada rapat, kemudian konperensi, lalu ekspose, kemudian rapat lagi, lalu istirahat untuk merokok, kemudian peninjauan lapangan, kemudian masih ada kemungkinan pompanya rusak.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar