Monumen Melati Kadet Suropati
Lokasi di Jl. Ijen Malang. Monumen ini didirikan untuk menghormati
seluruh komponen yang terlibat selama proses pembelajaran Militer di
Akademi Militer Malang Divisi VII - Suropati selain sebagai wujud
penghormatan ditujukan juga sebagai persembahan untuk mengenang seluruh
pendiri, tenaga pendidik dan senior-senior di TNI. Monumen ini berbentuk
2 buah pilar utama setinggi 7 m yang melambangkan 2 Brigade yang ada
disana.
Pada puncaknya terdapat kelopak Melati setlnggl 4 m terbuat dari
Perunggu berhelai 11, melambangkan bulan lahirnya Sekolah Kadet
Suropati. Gambar "HONGAARSE KRUL" pada pilar utama melambangkan Badge
yang dulu dipakai oleh siswa didik sekolah Kadet Suropati. Monumen
Melati atau Kadet Suropati Ini diresmikan pada tanggal 17 Desember 1982
oleh KASAD Jend. TNI Poniman. Biaya pembangunan sebesar Rp.
103.000.000,- yang di tanggung oleh alumni. Sungguh suatu kebanggaan
tersendiri.
Pendirian monumen ini digagas oleh Kepala Staf Operasi Divisi VIII,
Mayor Mutakad Hurip setelah beliau pulang dari pertempuran di Surabaya
yang pertama, sebelum meletus pertempuran yang ke-2 pada tanggal 10
November 1945. Pembukaannya sendiri diumumkan oleh Mayor Jendral Imam
Sujai selaku komandan Divisi VIII pada awal bulan November 1945.
Ditegaskan pula bahwa lulusan sekolah tentara Divisi VII Malang sama dan
sederajat dengan akademi militer di Jogjakarta. Istilah 'Perwira'
pengganti Opsir dan istilah 'Taruna' pengganti Kadet diakui Nasional
terlahir dari Malang karena Kota Malang dalam bidang istilah bahasa
memang selangkah lebih maju. Hal ini dapat dibuktikan pada Syair lagu
mars Kadet Malang yang berjudul 'Mars Taruna Perwira' (Moehkardi, 1979 :
192).
Sekolah Tentara mula-mula menempati bekas gedung Meisjes HBS,
beberapa bulan kemudian pindah ke gedung Eropees che Lagere School
(Susteran Corjesu) dan setelah sekolah ini benar-benar tidak mampu
menampung peminat, pindah ke bekas Asrama Marine Belanda di jalan
Andalas, komplek Angkatan Laut sampai tahun 1947.
Galeri Foto Monumen Melati Kadet Suropati
Sumber: Malang - Telusuri Dengan Hati. Dwi Cahyono. Hal. 140
Tidak ada komentar:
Posting Komentar