Rabu, 11 Juli 2012

Sri Tanjung

Cerita Sri Tanjung - Banyuwangi

Secara singkat jalan ceritanya adalah sebagai berikut:
Ada seorang kesatria bernama Sidapaksa mengabdi pada Raja Sulakrama dari Negara Sindureja. Pada suatu hari Sidapaksa disuruh sang raja untuk mencari obat kedukuh Prangalas, menghadap sang Pendeta Tambapetra. Sang pendeta mengatakan agar obat itu ditanyakan saja kepada para pujangga. Sesaat Sidapaksa berdiam di Dukuh Prangalas mengetahui cucu pendeta Tambapetra yang cantik bernama Sri Tanjung. Sidakpaksa merasa jatuh cinta kepadanya, sehingga pada suatu malam menemui Sri Tanjung dan menyampaikan isi hatinya. Ternyata kedua-duanya saling mencintai dan sepakat malam itu juga keduanya pergi dari dukuh Prangalas. Pada keesokkan harinya ibunya melaporkan kepada pendeta Tambapetra dan mendapat jawaban bahwa sebenarnya Raden Sidapaksa dan Sri Tanjung masih cucunya sendiri dan sebenarnya dia adalah seorang dewa.

Raden Sidapaksa telah hidup bersama-sama dengan Sri Tanjung di Negara Sindureja. Sang Raja Sulakrama mendengar kabar bahwa isteri Raden Sidapaksa sangat cantik, sehingga hal tersebut mengakibatkan timbul rasa jatuh cinta kepada Sri Tanjung. Untuk mencapai kehendaknya tersebut Sang Raja Sulakrama ingin membunuh Raden Sidapaksa dengan jalan disuruh mengantarkan surat yang ditujukan kepada Dewa Indra di kayangan yang isinya menagih hutang berupa emas tiga batang dan benang tiga gulung. Raden Sidapaksa merasa kebingungan, karena tidak dapat terbang. Kesedihan Raden Sidapaksa diketahui Sri Tanjung, sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut Sri Tanjung memberikan Kotang Antakusuma warisan dari ayahnya yang bernama Raden Sadewa. Kotang tersebut pemberian dari Batari Durga ketika Raden Sadewa berhasil meruwat Batari Durga yang berwujud raksasa berubah menjadi bidadari lagi.

Dengan kelengkapan Kotang Antakusuma tersebut Raden Sidapaksa berangkat menunaikan tugas yang diberikan oleh Sang Raja. Pada saat Raden Sidapaksa menjalankan tugas tersebut Sang Raja Sulakrama membujuk Sri Tanjung untuk dijadikan permaisuri. Permintaan Sang Raja tersebut ditolaknya dan Sang Raja pulang dengan rasa malu.

Raden Sidapaksa telah sampai di surga dan menyampaikan surat dari sang Raja Sulakrama kepada Dewa Indra. Surat dibuka yang isinya menerangkan bahwa : Raden Sidapaksa datang kesurga akan merusaknya. Para Dewa setelah mengetahui isi surat tersebut sangat marah dan Raden Sidapaksa dilawan, tetapi semua Dewa kalah. Hanya Dewa Indra yang yang dapat menangkap Sidapaksa dan akan di potong lehernya. Pada saat yang kritis tersebut Raden Sidapaksa menyebut nama-nama para Pendawa dan ayahnya Nakula. Akhirnya Dewa Indra mengetahui bahwa Raden Sidapaksa adalah cucunya sendiri, sehingga tidak jadi dibunuh bahkan dipestakan selama tujuh hari disurga. Setelah selesai pesta Raden Sidapaksa diharapkan turun kebumi menuju ke Negara Sindureja menyerahkan tiga batang emas dan tiga gulung benang kepada Raja Sulakrama. Sang Raja terkejut dan merasa takut atas kedatangan Raden Sidapaksa. Takut kalau perbuatannya diketahui oleh Raden Sidapaksa. Untuk mengatasinya Sang Raja memutarbalikkan kenyataan.

Pada saat Raden Sidapaksa masih baru datang dalam keadaan payah sekali Raja Sulakrama memberitahukan tingkah laku Sri Tanjung meminta kepada Raja untuk dijadikan permaisuri ketika ditinggal menunaikan tugas kekayangan. Namun permintaan Sri Tanjung tersebut ditolaknya mengingat Raden Sidapaksa masih mencintainya dan hal demikian tidaklah baik. Raden Sidapaksa mendengar berita yang dituturkan kepadanya menjadi panas dan marah sekali, karena merasa malu atas tingkah laku Sri Tanjung. Raden Sidapaksa tanpa minta ijin sang Raja untuk menebus dosa dengan jalan membunuhnya.

Sesampainya dirumah Sri Tanjung ditarik keluar rumah dibawa kehutan Gandalayu. Sri Tanjung akan dibunuh dan sebelumnya berpesan, bilamana nanti darah yang keluar berbau busuk berarti memang berbuat serong, namun bila berbau wangi/harum maka apa yang dikatakan Sang Raja adalah tidak benar. Setelah dibunuh darah yang keluar dari badan Sri Tanjung berbau harum, akhirnya Raden Sidapaksa kecewa dan mengakibatkan terganggu jiwanya (gila). Jiwa Sri Tanjung berkumpul dengan orang-orang yang telah meninggal dunia melihat-lihat neraka yang penuh siksaan akhirnya kepintu surga bertemu dengan penjaga surga. Sang Penjaga Surga mengetahui bahwa Sri Tanjung belum waktunya meninggal dunia, maka disuruhnya pulang lagi kebumi. Sepulangnya Sri Tanjung ke bumi timbullah malapetaka dan beraneka macam kejadian ajaib. Dengan keadaan demikian turunlah Dewi Durga kebumi, kemudian menghidupkan lagi Sri Tanjung. Sri Tanjung disuruh pulang ke Prangalas dan diantar oleh Dewi Kalika. Setibanya dirumah Sri Tanjung menceritakan kejadian kepada kakeknya, kemudian Sri Tanjung diruwat untuk menghilangkan segala bala yang menimpanya.

Raden Sidapaksa yang menderita gila pergi kemana-mana dan akhirnya sampai lagi ke hutan Gandalayu. Raden Sidapaksa berniat bunuh diri, namun Dewi Durga mengetahuinya dan merasa kasihan maka disuruhnya pulang kedukuh Prangalas dan diberitahu bahwa Sri Tanjung sudah hidup lagi.

Raden Sidapaksa atas perintah Dewi Durga pergi ke dukuh Prangalas dan bertemu kembali dengan Sri Tanjung. Sri Tanjung menolak ajakan Raden Sidapaksa untuk berkumpul kembali. Sri Tanjung mau menerima kehendak Raden Sidapaksa, bilamana sudah dapat membersihkan kakinya (keset) dengan kepala Sulakrama. Raden Sidapaksa didorong oleh rasa cinta kasihnya kepada Sri Tanjung lari ke Negara Sindureja untuk membunuh Sang Raja Sulakrama. Akhirnya Raden Sidapaksa berhasil membunuhnya dan kepalanya diserahkan kepada Sri Tanjung untuk dijadikan keset. Dengan terpenuhinya permintaan Sri Tanjung akhirnya Raden Sidapaksa kembali hidup bahagia bersama Sri Tanjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar