Bani Isra'il Mengembara Tidak Berketentuan Tempat Tinggalnya
Tidak
kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka
telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan
memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka
bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut.
Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di
samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan
mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi
kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka,
tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras
kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada
rasul-Nya.
Demikianlah
tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya
pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi
Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan
enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka
harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah
orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan
aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan
pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk
dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata
mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami
tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi
tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah
terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta
Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah
kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik
pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau
berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin
memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah
kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih
dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam
keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan
mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada
Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku
Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari
nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana
hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki Palestin,
Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama
itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai
tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka
semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci
itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok
cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah
ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :~
"20~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah
nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum
pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain." 21~
HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah ditentukan oleh Allah
bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu
akan menjadi orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa,
sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya
kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka
keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di
antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat
atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka
bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman." 24~
Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki
selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu bersama
Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti
disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai
kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan
orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah berfirman : {Jika demikian} maka
sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama
itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu
bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah
: 20 ~ 26 }
---------
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus