Senin, 07 Mei 2012

Keraton Jawa 1 - SURAKARTA HADININGRAT


Keraton Surakarta Hadiningrat


Kompleks istana dinasti Mataram yang megah Kartasura pada tahun 1742, diserbu dan dijarah raja saingan dari kerajan Pulau Madura. Dengan bantuan Belanda Raja Mataram, Pakubuwono III merebut kembali tahtanya dan memindahkan kerajaannya ke dekat Surakarta. Di tempat yang baru ini, ditepi sungai yang terpanjang di Pulau Jawa yang bernama Bengawan Solo, Pakubuwono II membangun istana baru.


Pintu masuk Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dari arah utara

Menurut legenda, lokasi Kraton Surakarta dipilih oleh Ratu Laut Selatan, Nyai Loro Kidul, yang secara tradisional berhak mengesahkan kedudukan raja raja Jawa. Di sekeliling Pendopo utama yang terletak di bagian tengah kraton terdapat lautan pasir yang berwarna hitam. Hal ini menandakan bahwa kraton berada dalam wilayah kekuasaan Nyai Loro Kidul dari Laut Selatan.


Konflik ini melibatkan dua bangsawan
Kasunanan Surakarta

Di puncak menara yang bersegi delapan yang berada di sebelah kiri gerbang kraton utama terdapat ruang meditasi. Di ruang ini Sunan, pada hari ulang tahun penobatannya, melakukan kontak dengan Nyai Loro Kidul guna menetapkan kembali mandat suci untuk menjalankan pemerintahan.


Mengunjungi Sisa Kejayaan 
Kraton Surakarta Hadiningrat
Mengunjungi Sisa Kejayaan Kraton Surakarta Hadiningrat
Pada tahun 1985, terjadi kebakaran di Kraton Surakarta. Api yang mengamuk secara mengenaskan menghanguskan hampir 70% dari bangunan yang ada, termasuk Pendopo dan tempat tinggal keluarga kerajaan. Gang-gang kecil, yang dibangun untuk kepentingan keamanan dan yang merupakan satu satunya Jalan masuk ke dalam kraton, pada saat terjadinya musibah tidak dapat dimasuki oleh pemadam ke­bakaran. Keadaan inilah yang menyebabkan bangunan kraton yang megah menjadi timbunan abu. Sesuai dengan asal terjadinya dan untuk melestarikan kepercayaan yang ada, abu dari kraton yang terbakar disebar dan dibuang ke Laut Selatan untuk dikembalikan kepada Nyai Loro Kidul.

Nyai Loro Kidul
Pemugaran Kraton Surakarta dilakukan sesuai dengan bentuk bangunan aslinya dan bahan yang sama Jenisnya digunakan dalam pemugaran ini. Pendopo yang megah berwarna biru langit sekali lagi berdiri di tengah lautan pasir yang diambil dari pantai Laut Selatan dan dikelilingi oleh tujuh puluh dua pohon yang dianggap keramat, serta dinaungi oleh tenda bergaris hijau putih yang cerah. Pemugaran bangunan tempat tinggal keluarga kerajaan ini masih berlangsung dan direncanakan akan menjadi indah kembali sesuai dengan aslinya.

   

Di bagian selatan Dalem terdapat Keputren, tempat tinggal para istri dan putri Sunan yang belum menikah. Salah satu sisi Keputren sekarang digunakan untuk museum tempat menyimpan benda kraton, seperti singgasana raja, lukisan-lukisan, perlengkapan kerajaan. koleksi arkeologi, dan perungu antik. Semenjak terjadinya kebakaran, untuk alasan keamanan, pusaka-pusaka kraton disimpan di tempat kediaman pangeran yang dikelilingi oleh pagar kawat.




Di belakang tempat tinggal keluarga raja, berdampingan dengan alun alun bagian selatan, terdapat tiruan Taman Sari yang lebih kecil seperti yang terdapat di Kraton Yogyakarta. Di tengah-tengah kolam buatan manusia ini berdiri bangunan yang digunakan sebagai ruang meditasi oleh para pangeran. Di sebelah belakang pinggiran kolam terdapat tempat yang berisi batu meteor keramat dan tangga dari batu yang menuju ruang meditasi.




Di antara toman air dan bangunan tempat keluarga raja, terdapat bukit yang dipenuhi rerumputan yang di atasnya berdiri bangunan paviliun kecil dengan terasnya. Tempat ini dipakai untuk istirahat Sunan. Di dekat bukit ini terdapat jalan masuk ke dalam tanah. Jalan ini dibangun untuk keselamatan raja bila sewaktu-waktu terjadi serangan yang dilakukan oleh Belanda.









Seperti Kraton Yogyakarta, lingkungan Kraton Surakarta dikelilingi benteng tembok yang kuat, yang menjadikan kota dibalik tembok tempat keluarga kerajaan yang tidak terlalu dekat dan para abdi dalem berserta keluarganya berdiam. Di sebelah barat bangunan kraton utama, terdapat Mesjid Ageng dan pesantren, yang dibangun oleh Pakubuwono III pada tahun 1750. Tempat lain yang juga menarik untuk dikunjungi adalah tempat penyimpanan kereta, yang di dalamnya terdapat kereta kencana kerajaan yang antik, termasuk kereta yang baru diperbaiki, hadiah dari Ratu Belanda Wilhemina.


Sumber: buku Kratons of Java

Tidak ada komentar:

Posting Komentar