Adalah seorang petani yang beserta
keluarganya menjadi orang percaya dalam suatu misi penginjilan di wilayah
terpencil tempat tinggalnya. Tema khotbah waktu itu Iman dan Pengharapan
begitu tertanam dibenak petani tersebut.
Keesokan harinya, sedang ia bersiap-siap
melakukan perjalanan menuju pasar terdekat untuk menjual kayu bakar, tertegun
ia memandang gunung yang harus dilaluinya sambil teringat khotbah kemarin:
“Jikalau engkau memiliki iman sebesar biji sawi saja, dan apabila engkau
perintahkan kepada gunung “Beranjaklah” maka gunung tersebut akan beranjak dari
hadapanmu...”. Segera dipikirnya untuk memindahkan gunung tersebut supaya
memudahkan perjalanan setiap harinya. Maka berpuasalah petani tersebut dengan
maksud “Menumbuhkan IMAN sebesar biji sawi”.
Pada suatu senja, setelah dirasakan cukup
imannya untuk memindahkan gunung, maka berserulah ia kepada gunung di
hadapannya: “Besok pagi, hai gunung engkau harus beranjak dari situ supaya aku
tak bersusah payah pergi kepasar dengan melintasi engkau!” Lalu ditutupnya
jendela kamarnya, untuk beristirahat malam.
Ke esok hari saat petani terbangun, dengan
semangat dibukanya pintu jendela kamarnya itu. Kemudian sambil tersenyum kecil
dia berteriak kepada istrinya: “Sayangku, seperti dugaanku kemarin, gunung itu
masih ditempatnya...”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar