Salak Kersikan
(Salacca zalacca kultivar kersikan)
nama lain : -
suku : Palmae
Pohon salak merupakan tanaman yang tergolong dalam Palmae, pohonnya tidak terlalu tinggi. Daun dapat mencapai panjang 6-8 m. Daunnya memiliki petiola yang kasar, satu daun memiliki banyak helaian anak daun dengan duri-duri yang berwarna gelap. Panjang helaian daun berkisar antara 20-70 cm. Bunga jantan akan tumbuh dengan panjang sekitar 100 cm, sedangkan bunga betina dapat tumbuh hingga mencapai panjang 30 cm. Buah terbentuk dalam kelompok buah yang muncul dari bagian basal tanaman. Kulit buah berwarna coklat kemerahan yang membungkus daging buah yang berwarna putih. Biji salak berada dalam daging buah dan berwarna coklat gelap sampai kemerahan. Buah terasa sangat manis. Salak dapat diperbanyak dengan menggunakan/menanam bijinya. Tanaman ini akan mulai berbunga 3-4 tahun setelah penanaman. Penyerbukan dibantu oleh serangga sejenis kumbang, dan buah akan matan 5-7 bulan setelah pembuahan terjadi. Salak Kersikan berumah dua, dimana bunga jantan dan betina tidak berada dalam satu pohon yang sama.
(Salacca zalacca kultivar kersikan)
nama lain : -
suku : Palmae
Deskripsi
Salak kersikan merupakan salah satu kultivar salak yang saat ini banyak dijual di pasaran selain salak pondoh, lumut, masir dll. Salak Kersikan berasa sangat manis.Pohon salak merupakan tanaman yang tergolong dalam Palmae, pohonnya tidak terlalu tinggi. Daun dapat mencapai panjang 6-8 m. Daunnya memiliki petiola yang kasar, satu daun memiliki banyak helaian anak daun dengan duri-duri yang berwarna gelap. Panjang helaian daun berkisar antara 20-70 cm. Bunga jantan akan tumbuh dengan panjang sekitar 100 cm, sedangkan bunga betina dapat tumbuh hingga mencapai panjang 30 cm. Buah terbentuk dalam kelompok buah yang muncul dari bagian basal tanaman. Kulit buah berwarna coklat kemerahan yang membungkus daging buah yang berwarna putih. Biji salak berada dalam daging buah dan berwarna coklat gelap sampai kemerahan. Buah terasa sangat manis. Salak dapat diperbanyak dengan menggunakan/menanam bijinya. Tanaman ini akan mulai berbunga 3-4 tahun setelah penanaman. Penyerbukan dibantu oleh serangga sejenis kumbang, dan buah akan matan 5-7 bulan setelah pembuahan terjadi. Salak Kersikan berumah dua, dimana bunga jantan dan betina tidak berada dalam satu pohon yang sama.
Ekologi
Tanaman salah dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah wilayah tropis, terutama di Jawa dan Sumatera. Akar tanaman ini memerlukan suplai air yang cukup. Buah tanaman ini tidak banyak dihasilkan jika ditanam pada ketinggian lebih dari 500 m dpl, dan akan banyak menghasilkan buah jika ditanam pada ketinggian dibawah 500 m. Biasanya tanaman ini memerlukan naungan dengan rata-rata curah hujan per tahun 1700-3100 mm.
Komoditi salak merupakan salah satu
jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan
salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia terdapat
berbagai varietas salak diantaranya: salak pondoh, salak swaru, salak
enrekang, salak gula pasir, salak bali, salak padang sidempuan, salak
gading ayu, salak pangu, salak sibakua, salak sangata, salak condet,
salak manonjaya, salak madura, salak ambarawa, salak kersikan, salak
bongkok. Diantara berbagai jenis serta varietas salak tersebut, varietas
salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, dan gula batu atau bali
mempunyai nilai komersial yang tinggi, sehingga varietas tersebut
ditetapkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul untuk dikembangkan.
Daerah-daerah di Indonesia yang tercatat
sebagai sentra produksi salak diantaranya: Padangsidempuan (Sumatra
Barat), Serang (Banten), Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, Batujajar (Jawa
Barat), Magelang, Ambarawa, Wonosobo, Banyumas, Purworejo, Purbalingga,
Banjarnegara (Jawa Tengah), Sleman (Yogyakarta), Bangkalan, Pasuruan
(Jawa Timur), Karang Asem (Bali), Enrekang (Sulawesi Selatan). Akan
tetapi pada umumnya daerah-daerah sentra salak tersebut memproduksi buah
salak yang khas.
Salak pondoh memiliki kandungan vitamin C
yang lebih tinggi, kadar gula yang lebih tinggi serta kadar asam yang
lebih rendah dibanding dengan jenis salak lain (Redaksi Agromedia,
2007). Rata-rata kadar vitamin C dalam salak pondoh adalah 19,63 mg per
100 gr, kadar gula reduksi sebesar 21,72 persen, kadar asam adalah 4,93
mg per 100 gr, dengan rasio gula asam adalah 3,93. Salak pondoh juga
mempunyai keunggulan dibanding dengan salak lain, dari segi rasa salak
pondoh memiliki rasa yang manis dan tidak sepet saat masih muda, dan
daya simpan yang lebih lama karena buah salak pondoh tergolong buah yang
berpola respirasi non klimaterik yang memiliki umur penyimpanan yang
relatif lebih lama dimana salak pondoh mulai membusuk setelah 13 hari
penyimpanan pada suhu kamar (Santoso, 1990), serta salak pondoh
merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki
supermarket.
KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN AGROKLIMAT SALAK
Klasifikasi Salak
Tanaman salak tidak hanya dikenal di
beberapa daerah di Indonesia saja, melainkan juga di Burma, Thailand,
Philippina dan di Malaya. Jenis salak yang umumnya di tanam di Burma
berbeda dengan yang biasa ditanam di Malaya, demikian pula jenis yang
umumnya dibudidayakan di Sumatra berbeda dengan yang ada di Jawa
(Sulastri, 1986). Salak yang merupakan tanaman asli Indonesia sudah
dikenal dan dideskripsikan pada tahun 1825 dengan nama Salacca edulis
Reinw., dan kemudian dikoreksi dengan nama Salacca zalacca (Gaertner)
Voss. (Schuiling and Morgan, 1992 dalam Purnomo, 2010).
Purnomo (2010) menjelaskan bahwa selain
Salacca zalacca (Gaertner) Voss., marga Salacca yang berasal dari suku
Palmae memiliki beberapa jenis lain, seperti:
1. Salacca wallichiana C. Mart. Dengan
sinonim Zalacca rumphii Walich ex. Blum. Salak ini banyak tumbuh di
Burma Selatan, Pantai Provinsi Bangkok, Thailand, dan Malaysia;
2. Salacca affinis Griffith, yang
mempunyai daerah distribusi Sumatra, Malaysia, dan Singapura, dikenal
dengan nama daerah Linsum (Sumatra) dan Salak hutan (Malaysia);
3. Salacca glabrescens Griffith, banyak dijumpai di Malaysia dan dikenal dengan nama daerah Salak hutan atau Pokok rengam;
4. Salacca sumatrana Becc. yang tumbuh di Sumatra bagian utara;
5. Salacca dransfieldiana J.P. Mogea, sebagai tanaman hias;
6. Salacca magnifika J.P. Mogea, sebagai tanaman hias;
7. Salacca minuta J.P. Mogea, sebagai tanaman hias;
8. Salacca multiflora J.P. Mogea, sebagai tanaman hias;
9. Salacca ramosiana J.P. Mogea, sebagai tanaman hias.
Banyak jenis dan varietas salak yang
dapat tumbuh baik di Indonesia, setidaknya terdapat 21 jenis dan
varietas salak yang terdapat di Indonesia (Tabel 1). Varietas unggul
yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan diantaranya adalah
salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, dan gula batu atau bali
(Sunarjono, 2005). Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada tiga
varietas botani, yaitu: Salacca zalacca var. zalacca dari Jawa yang
berbiji 2 – 3 butir, Salacca zalacca var. amboinensis (Becc) Mogea dari
Bali dan Ambon yang berbiji 1 – 2 butir, dan Salacca sumatrana (Becc)
dari Padang Sidempuan yang berdaging merah.
Morfologi
Batang dan Daun
Tanaman salak berakar serabut dan
menyerupai pohon palem yang seolah-olah tidak berbatang, rendah dan
tegak dengan tinggi tanaman salak antara 1,5 – 7 meter, tergantung dari
jenisnya. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh pelepah
daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang
(Steenis, 1975 dalam Sulastri, 1986; dan Harsoyo, 1999). Batang tanaman
salak lemah dan mudah rebah, pada batangnya dapat tumbuh tunas yang
berakar sendiri, yang bila dibiarkan tumbuh di batang, tunas-tunas
tersebut dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak yang besar.
Tanaman salak pondoh memiliki akar
serabut dengan sistem perakaran dangkal sampai sedang, atau dengan kata
lain bahwa penetrasi akar salak pondoh hanya mencapai kedalaman 10 cm
hingga 50 cm (Purnomo, 2010). Santoso (1990) menjelaskan bahwa batang
salak pondoh termasuk pendek dan hampir tidak kelihatan secara jelas,
karena selain ruas-ruasnya padat juga tertutup oleh pelepah daun yang
tumbuh memanjang. Selain itu, sekalipun umur tanaman masih muda, sekitar
1 sampai 2 tahun, tanaman salak pondoh dapat bertunas.
Salak pondoh memiliki daun majemuk,
tersusun roset, menyirip genap terputus-putus, beranak daun gasal, pada
bagian ujung 2 – 3 helai anak daun menyatu, duduk daun tersebar berjejal
di ujung batang, tangkai daun silinder, panjang 100 – 200 cm, pada
bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri banyak, tajam, pipih dengan
panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai kehitaman, helai daun memiliki
panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri temple, anak daun tipis
berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset 50 x 4,5 cm dengan
ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus, pada sis bawah
berlapis lilin. Khusus jenis salak pondoh hitam, daunnya lebih lebar
dibandingkan salak pondoh kuning, dan berwarna hijau tua. Sedangkan
salak pondoh kuning, daunnya berwarna hijau muda dan agak sempit
dibandingkan salak pondoh hitam (Santoso, 1990 dan Purnomo, 2010).
Bunga dan Buah
Tanaman salak berbunga banyak, tersusun
dalam tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan
bunga betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga
terbungkus oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang
terletak diketiak pelepah daun (Sulastri, 1986). Menurut Sunarjono
(2005), bunga salak ada tiga macam, yaitu bunga betina, jantan, dan
campuran (sempurna), dimana bunga jantan terbungkus oleh seludang
(spandex) dengan tangkai panjang sedangkan bunga betina terbungkus oleh
seludang dengan tangkai pendek. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50
– 100 cm, terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing
panjangnya antara 7 – 15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di
ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina
panjangnya antara 20 – 30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3
bulir yang panjangnya mencapai 10 cm.
Menurut Sunarjono (2005), dikenal tiga
macam tipe tanaman salak dalam satu varietas/kultivar, yaitu: (1) Salak
sempurna campuran (tipe A), tanaman salak tipe ini mampunyai seludang
bunga jantan dan seludang bunga sempurna (hermaprodit) yang seluruhnya
fertil, sehingga terdapat kemungkinan besar tanaman menyerbuk sendiri;
(2) Salak betina (tipe B), tanaman salak betina mampunyai seludang bunga
jantan rudimenter (tumbuh kerdil), sementara bunga jantan dari seludang
bunga sempurna redimenter juga, sehingga yang tampak hanya bunga betina
saja; dan (3) Salak jantan (tipe C), tanaman salak jantan hanya
mempunyai seludang jantan yang fertil, sementara bunga betina pada bunga
sempurna termasuk rudimenter, sehingga yang tampak hanya bunga jantan
saja. Salak bali termasuk tipe salak A, sedangkan tipe salak B dan C
diantaranya banyak terdapat pada salak swaru, condet dan pondoh.
Santoso (1990) dan Purnomo (2010)
mengungkapkan bahwa tanaman salak pondoh mempunyai dua periode tumbuh,
yaitu periode vegetatif dan periode reproduktif. Periode vegetatif
adalah periode tumbuh dari mulai tanam sampai dengan terbentuk bunga
pertama. Sedangkan periode reproduktif dinyatakan sejak waktu berbunga,
hingga perkembangan buah dan saat matang. Ciri khas tanaman salak pondoh
merupakan tanaman berumah dua, sehingga dapat ditemukan tanaman jantan
dan tanaman betina. Bunga jantan memiliki panjang 25 – 30 cm,
bertangkai, seludang berwarna coklat merah, robek pada satu sisi,
mengurai serupa serabut, tongkol berjumlah 3 – 7 dengan panjang antara 7
– 13 cm, diameter 1 – 2 cm, silinder, sisik berwarna putih-cokelat
tersusun seperti genting, dari setiap ketiak sisik muncul sepasang bunga
berwarna merah muda, ujung coklat-merah, sehingga tongkol tampak
berwarna cokelat merah. Sedangkan bunga betina memiliki panjang 20 – 30
cm, bertangkai panjang, seludang lebih pendek dan lebih lebar dari pada
jantan, berwarna cokelat-merah, robek pada satu sisi, mengurai serupa
serabut, tongkol berjumlah 1 – 3 dengan panjang antara 6,5 – 8 cm,
diameter 3 – 3,5 cm, oval, berwarna merah. Tanaman jantan tidak dapat
menghasilkan buah, tetapi tanaman jantan diperlukan sebagai sumber
benang sari.
Buah salak merupakan tipe buah batu
berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di
pangkalnya dan membulat di ujungnya dengan panjang buah dapat mencapai
2,5 – 10 cm dengan ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm. Buah salak
tersusun dalam tandan dimana dalam setiap tandan terdiri dari 15 – 40
buah (Sulastri, 1986; dan Sunarjono, 2005).
Buah salak terdiri atas kulit, daging
buah dan biji. Kulit buah salak yang membungkus daging buah menyerupai
sisik yang berbentuk segi tiga, berwarna kekuningan hingga coklat
kehitaman atau kemerah-merahan yang tersusun seperti genting, dengan
banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Daging
buah tidak berserat berwarna putih kekuningan, kuning kecoklatan atau
merah tergantung varietasnya, dan biasanya terdiri dari tiga septa dalam
tiap buah. Biji salak yang masih muda berwarna pucat dan lunak,
sedangkan setelah matang berwarna kuning hingga kehitaman dan keras, dan
dalam setiap buah terdapat 1 – 3 biji (Sulastri, 1986; Budagara, 1998;
Sunarjono, 2005; dan Purnomo, 2010).
Buah salak pondoh pada umumnya lebih
kecil dibandingkan dengan jenis salak lainnya. Buah salak pondoh
memiliki berbagai variasi mulai dari warna kulit yang coklat
kehitam-hitaman, coklat kemerah-merahan, coklat kekuning-kuningan, dan
merah gelap kehitam-hitaman, serta semua buah salak pondoh memiliki rasa
manis (Santoso, 1990). Buah salak pondoh tergolong buah yang berpola
respirasi non klimaterik yang memiliki umur penyimpanan yang relatif
lebih lama dibanding buah klimaterik, dimana salak pondoh mulai membusuk
setelah 13 hari penyimpanan pada suhu kamar.
Tumbuhan salak dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun, tetapi secara umum masa panen tanaman salak ada
empat musim, yaitu: (1) panen raya pada bulan November, Desember dan
Januari; (2) panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli; (3) panen kecil
pada bulan-bulan Februari, Maret dan April; dan 4) masa kosong atau
masa istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober, dan
apabila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah
slandreN.
Agroklimat
Tanaman salak sesuai bila ditanam di
daerah berzona iklim Aa bcd dengan jumlah bulan basah tinggi yaitu 11 –
12 bulan per tahun; Babc dengan jumlah bulan basah yaitu 8 – 10 bulan
per tahun; dan Cbc dengan jumlah bulan basah yaitu 5 – 7 bulan per
tahun, dengan curah hujan rata-rata per tahun 200 – 400 mm per bulan
dimana curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong
dalam bulan basah yang berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau
kelembaban yang tinggi. Untuk pertumbuhan optimum, salak pondoh
membutuhkan curah hujan yang merata sekitar 200 – 400 mm per bulan
(Santoso, 1990).
Salak tumbuh baik di dataran rendah
hingga ketinggian 800 mdpl dengan tipe iklim basah, dan tipe tanah
podzolik dan regosol atau latosol yang subur, gembur dan lembab, serta
lingkungan yang dikehendaki mempunyai pH antara 5 – 7 dengan humus yang
tinggi. Suhu yang baik untuk bertumbuhan tanaman salak berkisar antara
200 – 300 C, apabila suhu terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap
perkembangan buah dan biji salak dan apabila suhu terlalu rendah akan
menghambat pembungaan tanaman salak.
Tanaman salak pondoh tumbuh baik pada
tanah yang berdrainase baik karena tanaman salak tidak tahan terhadap
genangan air atau dengan kata lain bahwa, tanaman salak tidak
membutuhkan kebasahan tanah yang berlebihan. Sehingga pada musim hujan,
lahan pertanaman memerlukan drainase yang baik untuk menghindarkan
tanaman dari genangan yang berlebihan. Sedangkan untuk menjamin
pertumbuhan yang optimal pada musim kemarau lahan pertanaman memerlukan
kelembaban tanah yang cukup oleh karena itu dianjurkan di tengah-tengah
lahan kebun salak dibuat kolam yang diharapkan dapat menyangga
kelembaban tanah yang diharapkan.
Selain memerlukan garis permukaan air
yang dangkal dan pengairan sepanjang tahun tetapi tidak tahan terhadap
genangan yang dikarenakan sistem perakaran salak pondoh yang dangkal
hingga sedang. Tanaman salak pondoh juga tidak tahan terhadap sinar
matahari langsung yang dapat mengakibatkan daunnya menjadi
kekuning-kuningan dan pucuknya mengering, sehingga tanaman ini
membutuhkan intensitas cahaya matahari sekitar 30 sampai 70 persen,
karena itu salak pondoh umunya ditanam dibawah naungan, baik pohon
pelindung atau peneduh maupun tanaman tumpang sari untuk mengurangi
transiprasi dan evaporasi (Santoso, 1990 dan Purnomo, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar