Selasa, 20 Agustus 2013

Nyamplung - Surabaya

Nyamplung
(Calophylum inophyllum.L)

nama lain :
Pegana laut. Camplung, Nyamplung, Bintanguru, Benaga, Bintangur laut, Menaga, Naga.
suku : Guttiferae.



Deskripsi

Tanaman ini tumbuh sangat lamban, memiliki banyak cabang dan dapat mencapai ketinggian 30-40 m. Ranting dan batang berwarna kecoklatan, daun hijau berwarna hijau gelap dengan bentuk oval.
Memiliki banyak urat dengan posisi lateral paralel dan halus. Bagian atas daun berwarna hijau tua dan mengkilap, bagian bawahnya hijau agak kekuningan. Unit dan Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: jorong hingga bulat memanjang, agak mirip dengan Rhizopora mucronata (jenis bakau). Ujung: membundar. Ukuran: 10-21.5 x 6-11 cm. Bunga berjumlah banyak dan mengelompok pada satu tangkai bunga. Tandan bunga panjangnya hingga 15 cm serta memilliki 5-15 bunga per tandan Letak: di ketiak daun. Formasi: Bergerombol, menggantung seperti payung. Daun Mahkota: 4; putih dan kuning, harum, ukuran diameter 2-3 cm. Kelopak bunga: 4; dua dari kelopak bunga berwarna putih. Benang sari: banyak. Tanaman ini biasanya berbunga dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan April-Juni dan Oktober-Desember. Bunga biasanya mulai membuka pada jam 3-4 pagi, dan akan merekah pada pagi hari. Bunga biasanya bersifat biseksual walaupun kadang-kadang pada kondisi tertentu akan bersifat uniseksual. Buah yang dihasilkan berbentuk bola kecil seperti bola pingpong dengan panjang 25-50 mm, memiliki tempurung kuat dan didalamnya terdapat 1 biji, diameter buah 2,5 - 4 cm. Pada bagian atas berwarna coklat terang dan kebawah akan semakin berwarna hijau. Tanaman ini berasosiasi dengan kelelawar dan terdistribusi melalui kelelawar yang memakannya.


Ekologi

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 10-200 m dpl dan sangat toleran terhadap air laut, sehingga dapat tumbuh dengan baik di tepi pantai. Sangat toleran terhadap kisaran suhu yang luas, dari 7-48C, serta menyukai cahaya matahari. Tanaman ini memerlukan tanah yang kering di bagian permukaan, namun demikian akan banyak ditemukan air dibawahnya. Akarnya memerlukan kedalaman yang cukup dari atas permukaan tanah untuk dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini telah menyebar di Asia, Afrika, Australia, dan Asia Tenggara.

Kegunaan

Buahnya dapat dimakan. Dari bungannya yang cantik, tanaman ini digunakan sebagai asesoris di pinggir jalan raya. Kayunya dapat digunakan untuk membuat kapal. Tanaman ini juga mengeluarkan senyawa Calanodine yang berfungsi untuk penghambatan perkembangan virus tertentu. Ekstrak batang, daun, biji, dan bunga digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bersama minyak kelapa, dapat digunakan untuk pemijatan. Buah dari tanaman ini juga dapat digunakan untuk memancing.

Calophyllum inophyllum is a large evergreen, commonly called Alexandrian laurelballtree, beach calophyllum, beach touriga, beautyleaf, Borneo-mahogany, Indian doomba oiltree, Indian-laurel, laurelwood, satin touriga, and tacamahac-tree. It is native from East Africa, southern coastal India to Malesia and Australia.

Foreign Names

Because it is not native to Europe, and has traditional uses in many other countries,Calophyllum inophyllum is commonly known in English by some of its many foreign names, which include (in rough order of commonality):

Description

Calophyllum inophyllum is a low-branching and slow-growing tree with a broad and irregular crown. It usually reaches 8 to 20 metres (26 to 66 ft) in height. The flower is 25 millimetres (0.98 in) wide and occurs in racemose or paniculate inflorescences consisting of 4 to 15 flowers. Flowering can occur year-round, but usually two distinct flowering periods are observed, in late spring and in late autumn. The fruit (the ballnut) is a round, green drupe reaching 2 to 4 centimetres (0.79 to 1.6 in) in diameter and having a single large seed. When ripe, the fruit is wrinkled and its color varies from yellow to brownish-red.

Distribution and habitat

Calophyllum inophyllum is native to Africa in: ComorosKenyaMadagascarMauritiusMozambiqueSeychellesTanzania(including Pemba Island of the Zanzibar Archipelago); south, southeast and east Asia in: BurmaCambodiaChina (on Hainan); southern India; IndonesiaJapan (Ryukyu Islands); MalaysiaPapua New Guinea; the PhilippinesSri LankaTaiwanThailand;Vietnam; the northwestern, southwestern and south central Pacific Region in: the Cook IslandsFijiFrench Polynesia (Marquesasand Society Islands); Guam; the Marshall IslandsMicronesia; the Northern Mariana IslandsPalau; and Samoa; and in Australia in:Northern Territory and Queensland.
Nowadays it is widely cultivated in all tropical regions of the world. Because of its decorative leaves, fragrant flowers and spreading crown, it is best known as an ornamental plant
This tree often grows in coastal regions as well as nearby lowland forests. However it has also been cultivated successfully in inland areas at moderate altitudes. It tolerates varied kinds of soil, coastal sandclay or even degraded soil.[citation needed]

Uses

Besides being a popular ornamental plant, its wood is hard and strong and has been used in construction or boatbuilding. Traditional Pacific Islanders used Calophyllum wood to construct the keel of their canoes while the boat sides were made from breadfruit(Artocarpus altilis) wood.
The seeds yield a thick, dark green tamanu oil for medicinal use or hair grease. Active ingredients in the oil are believed to regenerate tissue, so is sought after by cosmetics manufacturers as an ingredient in skin cremes. The nuts should be well dried before cracking, after which the oil-laden kernel should be further dried. The first neoflavone isolated in 1951 from natural sources was calophyllolide fromCalophyllum inophyllum seeds.
The leaves are also used for skin care in Papua New GuineaNew Caledonia, and Samoa. In Fiji and Lingua the leaves are also soaked in water and used for eye inflammations.
In Cambodia, the leaves are inhaled as a treatment for migraines and vertigo.
The bark can be used as a treatment for disease-affected plants. The Mavilan, a Tulu-speaking tribe in north Kerala in India, use theCalophyllum inophyllum bark to make a powder that they mix with water and apply it on plants affected by a type of plant disease caused by water that they call neeru vembu.
The sap of the tree is poisonous and is used to make poison arrows in Samoa. The mature fruit is poisonous enough to use as rat bait.
The fatty acid methyl ester of Calophyllum inophyllum seed oil meets the major biodiesel requirements in the United States (ASTM D 6751), and European Union (EN 14214). The average oil yield is 11.7 kg-oil/tree or 4680 kg-oil/hectare
The tree is regarded as sacred in some Pacific islands because of its excellent growth in sandy soil as shade tree and many uses.
In the northwest coastal areas of Luzon island in Philippines, the oil was used for night lamps. It creates a relaxing aroma. This widespread use started to decline when kerosene became available, and later on electricity.
It was also used as fuel to generate electricity to provide power for radios during World War II.


Referensi

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana Warna Jaya

Lim SC, Lemmens RHMJ. 1994. Callophyllum L. In Soerianagara I, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No 5(1). Timber trees: Major commercial timbers. Pp. 114-132

Sastrapradja S, Bimantoro. R. 1980. Jenis Kayu Daerah Kering. Lembaga Biologi Nasional LIPI.

Tan R. 2001. Alexandrine Laurel. Calophyllum inophyllum http://www.naturia.per.sg/ bulohuse.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar