PERTEMUAN DI GAGELANG
KETIKA cerita “Cinta Yang
Penuh Derita” yang dibawakan oleh dalang Jaka Asmara selesai, semua pendengar
merasa puas. Mereka pulang dengan membawa kesan, yang sulit segera dilupakan.
Jaka Asmara mundur dari
arena pertunjukan, kembali ke ruang penampungan bersama rombongannya. Raden Inu
Kertapati mengikuti dengan diam-diam, lalu mendahului masuk ke ruang
penampungan.
Jaka Asmara masuk ke kamarnya, membuka
dandanannya. Sedikitpun ia tak tahu, dirinya sedang diintai Raden Inu
Kertapati. Dan ketika dandanan sebagai dalangnya telah dilepaskan, maka tampaklah
dirinya yang asli. Dia bukan pria, tetapi wanita yang sangat cantik.
Raden Inu Kertapati keluar
dari persembunyiannya.
“Dinda Dewi Candra Kirana!”
kata Raden Inu Kertapati tanpa ragu-ragu.
Jaka Asmara yang tidak lain
dari pada Dewi Candra Kirana, sangat terkejut. Hampir saja menjerit karena
kaget. Cepat menyambar dandanan dalangnya, hendak dikenakan kembali.
“Buat apa dinda mengenakan
dandanan itu? Buat apa dinda menyembunyikan diri dibalik penyamaran sebagai
dalang itu? Kanda sudah tahu, kau adalah kekasihku yang sedang kucari-cari. O,
Dewi Candra Kirana, apakah engkau tidak kasihan padaku yang mencari-carimu?”
kata Raden Inu Kertapati.
“Jadi, kanda berada di
Gagelang ini karena mencari dinda?” tanya Dewi Candra Kirana dengan
berdebar-debar.
“Benar!”
“Oh.”
“Kenapa dinda pergi
meninggalkan Asmarantaka? Tak tahukah dinda, kanda hampir putus asa mencarimu?”
“Maafkan dinda, kanda. Semua
itu karena dinda salah paham.”
“Salah paham?”
“Ketika dinda mendengar
bahwa kanda akan dinikahkan dengan Dewi Ajeng, dinda sangat bersedih. Dinda
pikir kanda telah menghianati cinta kanda pada dinda. Lalu dinda yang menyamar
sebagai Panji Semirang, berusaha menggagalkan pernikahan kanda dan Dewi Ajeng
itu....”
“Ya, dinda telah membakar
perlengkapan pernikahan itu, bukan? Lalu mengapa dinda meninggalkan
Asmarantaka? Padahal setelah perkawinan kanda dan Dewi Ajeng itu gagal, kanda
pergi ke Asmarantaka. Karena kanda yakin, yang menjadi Panji Semirang itu
adalah adinda.”
“Dinda tak tahu kalau
pernikahan kanda dengan Dewi Ajeng dibatalkan. Dinda pikir pernikahan itu terus
dilaksanakan, meski telah terjadi kebakaran. Dengan hati hancur, dinda
meninggalkan Asmarantaka. Pergi tanpa tujuan, membawa hati yang
berkeping-keping. Setelah berada di tempat yang sangat jauh, barulah dinda
mendengar berita bahwa pernikahan kakanda dan Dewi Ajeng itu gagal. Dan bahkan
dinda pun mendengar berita, bahwa kakanda sedang mencari adinda. Adinda pun
lalu mencari kakanda. Kita telah saling mencari, tanpa pernah bertemu. Lalu
dinda menyamar sebagai dalang Jaka Asmara, dan terus mencari kakanda sampai di
Gagelang ini. Ketika Raja Gagelang meminta dinda berkisah dalam rangka
merayakan kemenangan menumpas gerombolan pengacau, dinda mendengar kabar bahwa
kakanda-lah yang justeru menjadi penumpasnya. Dinda gembira mendengar berita
itu. Berarti dinda akan segera bertemu dengan kakanda. Tetapi dinda sangsi,
apakah kakanda masih mencintai dinda atau tidak. Dari itu lalu dinda membawakan
kisah “Cinta Yang Penuh Derita”, cerita yang benar-benar terjadi atas diri
dinda. Kalau kakanda masih mencintai dinda, tentu akan tahu bahwa cerita itu
merupakan penjelasan tentang apa yang telah terjadi pada diri adinda...”
“Oh, dinda Dewi. Sungguh
pahit apa yang telah kau alami. Hm, sekarang kita telah bertemu. Dan apakah
dinda sangsi bahwa cinta kakanda masih setia padamu?”
“Saya berbahagia, karena
ternyata kakanda tetap setia.”
“Dan apakah adinda masih
setia kepada kakanda?”
“Demi cinta dinda kepada
kakanda, maka adinda menyamar sebagai pria. Sebagai Panji Semirang dan Jaka
Asmara. Dengan jalan itu, dinda aman dari gangguan para pemuda...”.
“Oh dinda Dewi, kekasihku!”
kata Raden Inu Kertapati sambil lalu memeluk Dewi Candra Kirana dengan penuh
kasih sayang. “Gara-gara perbuatan Dewi Liku dan Dewi Ajeng, kita harus
berpisah dan cukup menderita. Tapi biarlah, yang sudah biarlah berlalu. Kita
serahkan kepada Yang Mahakuasa. Sekarang marilah kita akhiri perpisahan kita.
Kita kembali ke Daha atau Kuripan, untuk melaksanakan rencana kita menjadi
suami-isteri!”
“Jadi, kanda berada di Gagelang ini karena mencari dinda?” tanya Dewi Candra Kirana dengan berdebar-debar.
“Oh kakanda, dinda pun telah
payah mencarimu. Syukurlah berakhir dengan bahagia. Mulai sekarang, janganlah
kanda meninggalkan dinda. Bawalah adinda kemanapun kakanda pergi.”
“Bagaimana dengan Dewi Liku
dan Dewi Ajeng, tidakkah adinda ingin menghukumnya?”
“Tidak. Cepat atau lambat
ayahanda akan mengetahui apa yang telah diperbuat Dewi Liku dan Dewi Ajeng.
Biarlah ayahanda sendiri yang akan menghukumnya. Sekarang, marilah kita kembali
ke Kuripan, kanda!”
Kemudian Raden Inu Kertapati
membawa Dewi Candra Kirana, menghadap ke Raja Gagelang. Tentu saja Raja
Gagelang menjadi kaget. Hampir tidak percaya.
“Kalau begitu pamanda akan mengantar Raden Inu
Kertapati dan Dewi Candra Kirana ke Kuripan,” kata Raja Gagelang. “Selain ingin
berjumpa dengan Raja Kuripan, juga pamanda ingin menghadiri pernikahan ananda
berdua.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar