Selasa, 15 Januari 2013

Pertemuan Di Gagelang

PERTEMUAN DI GAGELANG

KETIKA cerita “Cinta Yang Penuh Derita” yang dibawakan oleh dalang Jaka Asmara selesai, semua pendengar merasa puas. Mereka pulang dengan membawa kesan, yang sulit segera dilupakan.
Jaka Asmara mundur dari arena pertunjukan, kembali ke ruang penampungan bersama rombongannya. Raden Inu Kertapati mengikuti dengan diam-diam, lalu mendahului masuk ke ruang penampungan.
 Jaka Asmara masuk ke kamarnya, membuka dandanannya. Sedikitpun ia tak tahu, dirinya sedang diintai Raden Inu Kertapati. Dan ketika dandanan sebagai dalangnya telah dilepaskan, maka tampaklah dirinya yang asli. Dia bukan pria, tetapi wanita yang sangat cantik.
Raden Inu Kertapati keluar dari persembunyiannya.
“Dinda Dewi Candra Kirana!” kata Raden Inu Kertapati tanpa ragu-ragu.
Jaka Asmara yang tidak lain dari pada Dewi Candra Kirana, sangat terkejut. Hampir saja menjerit karena kaget. Cepat menyambar dandanan dalangnya, hendak dikenakan kembali.
“Buat apa dinda mengenakan dandanan itu? Buat apa dinda menyembunyikan diri dibalik penyamaran sebagai dalang itu? Kanda sudah tahu, kau adalah kekasihku yang sedang kucari-cari. O, Dewi Candra Kirana, apakah engkau tidak kasihan padaku yang mencari-carimu?” kata Raden Inu Kertapati.
“Jadi, kanda berada di Gagelang ini karena mencari dinda?” tanya Dewi Candra Kirana dengan berdebar-debar.
“Benar!”
“Oh.”
“Kenapa dinda pergi meninggalkan Asmarantaka? Tak tahukah dinda, kanda hampir putus asa mencarimu?”
“Maafkan dinda, kanda. Semua itu karena dinda salah paham.”
“Salah paham?”
“Ketika dinda mendengar bahwa kanda akan dinikahkan dengan Dewi Ajeng, dinda sangat bersedih. Dinda pikir kanda telah menghianati cinta kanda pada dinda. Lalu dinda yang menyamar sebagai Panji Semirang, berusaha menggagalkan pernikahan kanda dan Dewi Ajeng itu....”
“Ya, dinda telah membakar perlengkapan pernikahan itu, bukan? Lalu mengapa dinda meninggalkan Asmarantaka? Padahal setelah perkawinan kanda dan Dewi Ajeng itu gagal, kanda pergi ke Asmarantaka. Karena kanda yakin, yang menjadi Panji Semirang itu adalah adinda.”
“Dinda tak tahu kalau pernikahan kanda dengan Dewi Ajeng dibatalkan. Dinda pikir pernikahan itu terus dilaksanakan, meski telah terjadi kebakaran. Dengan hati hancur, dinda meninggalkan Asmarantaka. Pergi tanpa tujuan, membawa hati yang berkeping-keping. Setelah berada di tempat yang sangat jauh, barulah dinda mendengar berita bahwa pernikahan kakanda dan Dewi Ajeng itu gagal. Dan bahkan dinda pun mendengar berita, bahwa kakanda sedang mencari adinda. Adinda pun lalu mencari kakanda. Kita telah saling mencari, tanpa pernah bertemu. Lalu dinda menyamar sebagai dalang Jaka Asmara, dan terus mencari kakanda sampai di Gagelang ini. Ketika Raja Gagelang meminta dinda berkisah dalam rangka merayakan kemenangan menumpas gerombolan pengacau, dinda mendengar kabar bahwa kakanda-lah yang justeru menjadi penumpasnya. Dinda gembira mendengar berita itu. Berarti dinda akan segera bertemu dengan kakanda. Tetapi dinda sangsi, apakah kakanda masih mencintai dinda atau tidak. Dari itu lalu dinda membawakan kisah “Cinta Yang Penuh Derita”, cerita yang benar-benar terjadi atas diri dinda. Kalau kakanda masih mencintai dinda, tentu akan tahu bahwa cerita itu merupakan penjelasan tentang apa yang telah terjadi pada diri adinda...” 
“Oh, dinda Dewi. Sungguh pahit apa yang telah kau alami. Hm, sekarang kita telah bertemu. Dan apakah dinda sangsi bahwa cinta kakanda masih setia padamu?”
“Saya berbahagia, karena ternyata kakanda tetap setia.”
“Dan apakah adinda masih setia kepada kakanda?”
“Demi cinta dinda kepada kakanda, maka adinda menyamar sebagai pria. Sebagai Panji Semirang dan Jaka Asmara. Dengan jalan itu, dinda aman dari gangguan para pemuda...”.
“Oh dinda Dewi, kekasihku!” kata Raden Inu Kertapati sambil lalu memeluk Dewi Candra Kirana dengan penuh kasih sayang. “Gara-gara perbuatan Dewi Liku dan Dewi Ajeng, kita harus berpisah dan cukup menderita. Tapi biarlah, yang sudah biarlah berlalu. Kita serahkan kepada Yang Mahakuasa. Sekarang marilah kita akhiri perpisahan kita. Kita kembali ke Daha atau Kuripan, untuk melaksanakan rencana kita menjadi suami-isteri!”
“Jadi, kanda berada di Gagelang ini karena mencari dinda?” tanya Dewi Candra Kirana dengan berdebar-debar.
“Jadi, kanda berada di Gagelang ini karena mencari dinda?” tanya Dewi Candra Kirana dengan berdebar-debar.

“Oh kakanda, dinda pun telah payah mencarimu. Syukurlah berakhir dengan bahagia. Mulai sekarang, janganlah kanda meninggalkan dinda. Bawalah adinda kemanapun kakanda pergi.”
“Bagaimana dengan Dewi Liku dan Dewi Ajeng, tidakkah adinda ingin menghukumnya?”
“Tidak. Cepat atau lambat ayahanda akan mengetahui apa yang telah diperbuat Dewi Liku dan Dewi Ajeng. Biarlah ayahanda sendiri yang akan menghukumnya. Sekarang, marilah kita kembali ke Kuripan, kanda!”
Kemudian Raden Inu Kertapati membawa Dewi Candra Kirana, menghadap ke Raja Gagelang. Tentu saja Raja Gagelang menjadi kaget. Hampir tidak percaya.
“Kalau begitu pamanda akan mengantar Raden Inu Kertapati dan Dewi Candra Kirana ke Kuripan,” kata Raja Gagelang. “Selain ingin berjumpa dengan Raja Kuripan, juga pamanda ingin menghadiri pernikahan ananda berdua.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar