This Hindu-temple complex is located on the slopes of Mount Ungaran,
around 45km from Semarang. The temple is thought to date back to the
eighth-century Sanjaya Dynasty era. GedongSongo (which means "nine
buildings") consists of nine temples, however only five are still
standing. These are spread across an open fields surrounded by pine trees. Come
when the weather is clear and you will be able to see a panorama that takes in
Rawa Pening, as well as four mountains that are etched onto the Javanese
skyline: Merapi, Merbabu, Telomoyo and Andong.
An Exotic Culture on the Slope of Ungaran Mountain
The bilateral relation between Mataram Kuno and
India Kingdom didn’t only deal with trade, but also with culture and belief.
The influence of India culture can be seen from the architectural style of some
temples spread around Indonesia. One of the temple complex using India style
and the mixture of local culture is the complex of Gedong Songo Temple. It is
located on the slope of Ungaran Mountain with 1200 meters height above the sea.
There is not exact data when the temple was built, but based on the artefact
around the temple and the resemblance of its physical appearance with the
temple complex on Dieng highland, the experts concluded that Gedong Songo
Temple was built in the same era, which was around 7th to 9th century in
Sanjaya Dynasty era.
The trip to Gedong Songo temple is quite
challenging since we have to pass steep grade and sharp bend. However, our hard
trip was paid by its beauty. From the gate, we could see the temple
impressively and sophisticatedly stood on the mountain slope in line from the
lower ground to the highest. The smell of the wet soil, the new-cut grass, the
pine rubber, the smell of wild flowers, and the mountain fresh air gave special
sensation. The sun light coming through between the pine trees and giving out
its brightness to the temple was like a perfect morning painting.
Before named Gedong Songo (nine buildings), this
temple complex was named Gedong Pitoe (seven buildings) because when they were
first found there were only seven groups of temple. After the other two were
found later, the complex was named Gedong Songo Temple, which meant nine
building complex. However, nowadays there are only five complex can be visited
by the tourists because the other four are broken and only fragments remain. In
addition, they have been preserved by Dinas Purbakala (Archeological Service).
To enjoy the view of all temples, we can use two possible ways; the first way
is by walking through the stony path from Gedong Temple I to Gedong Temple V,
or by riding a horse through the opposite way. At that time, YogYES tried the
second way by riding a horse and starting the adventure from Gedong Temple V
located on the top of the highland, which was called Puncak Nirwana.
At the beginning, we were quite unsure of riding a
horse in the forest and passing steep and curve road, but it started to
disappear when the horse started to walk through the road. Our journey became
so exciting when we heard a harmony of the horse walk, its whinnying sound, and
the birdsong accompanied us. After the steep grade, the road went slope
steadily, so we had to upright our body and hang on the horse tightly. From
Gedong Temple V, YogYES could see a group of mountains consisted of Sindoro,
Sumbing, Merbabu, and Telomoyo mountain in the distance. When we continued our
journey to Gedong Songo IV, suddenly the sun was covered by cloud and the fog
started to come. The sulphur odor was smelt from the hot water spring between
Gedong Songo Temple IV and III. We felt like being in an unknown world where
everything was silent and mysterious, yet it gave us eternal peace.
The entrance ticket to the complex is: IDR 5,000
The horse trip to Gedong Songo Temple:
Domestic tourist: IDR 50,000
Foreign tourist: IDR 70,000
Domestic tourist: IDR 50,000
Foreign tourist: IDR 70,000
The village horse trip:
Domestic tourist: IDR 25,000
Foreign tourist: IDR 35,000
Domestic tourist: IDR 25,000
Foreign tourist: IDR 35,000
The hot water well horse trip:
Domestic tourist: IDR 40,000
Foreign tourist: IDR 60,000
Domestic tourist: IDR 40,000
Foreign tourist: IDR 60,000
Candi Gedong Songo
Kompleks
candi Hindu ini bertengger di lereng Gunung Ungaran, sekitar 45 kilometer dari
Semarang. Ia diperkirakan berasal dari era Dinasti Sanjaya di abad kedelapan.
Gedong Songo ("sembilan bangunan") merepresentasikan sembilan candi,
namun yang tersisa kini hanya lima. Mereka tersebar di padang terbuka dalam
bingkaian hutan pinus. Datang ke kompleks ini saat cuaca cerah, Anda bisa menyaksikan
panorama menawan Rawa Pening serta empat gunung yang mengukir langit jawa: Merapi,
Merbabu, Telomoyo, dan Andong.
Candi
Gedong Songo merupakan komplek candi yang terletak di perbukitan dengan jumlah
sembilan candi. Untuk dapat mengunjunginya, anda bisa menyewa kuda yang banyak
terdapat di tempat wisata ini dengan harga sekitar Rp. 50.000. Apabila berjalan
kaki akan cukup melelahkan karena jarak antara candi cukup berjauhan dengan
jalan yang cukup menanjak terjal.
Udara di sekitar candi sangat sejuk dan segar,
pemandangannya pun sangat indah, dilengkapi dengan areal parkir yang luas.
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini
terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu
udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C). Selain wisata purbakala
& pemandangan alam yang indah, di tempat ini juga dapat anda jumpai pemandian
air panas alam yang mengandung belerang cukup tinggi, baik untuk kesehatan.
Kompasiana
Saat perjalanan dari kota Ambarawa
menuju Semarang saya menyempatkan diri untuk mengunjungi objek wisata
Gedong Songo. Saya tertarik untuk menyambangi tempat itu setelah
melihat papan reklame penunjuk jalan yang menujukan arah ke Gedong
Songo.
Untuk mencapai komplek candi Hindu
itu memang jalan yang ditempuh cukup berat. Jalanan yang menanjak
serta tikungan yang tajam harus dilalui. Karena letak dari kompleks
candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran. Wilayah ini termasuk kedalam Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Tikungan yang dilalui cukup tajam hingga mencapai 45 derajat. Sepanjang perjalanan mata ini
akan dimanjakan oleh hijaunya pepohonan dan pemandangan ladang-ladang
sayur milik warga sekitar. Selama perjalanan kami melalui dua buah
pasar. Disini banyak dijual hasil pertanian seperti sayur mayur dan buah-buahan.
Setelah menempuh waktu sekitar 45 menit dari persimpangan jalan raya Bandungan akhirnya sampailah di pintu
utama objek wisata Gedong Songo. Untuk masuk ke dalam komplek candi
para pengunjung dikenakan biaya sebesar 5.000 IDR. Gedong Songo dalam
bahasa Jawa “gedong” yang artinya bangunan atau rumah dan “songo” artinya sembilan, jadi gedong songo artinya kelompok gedung yang berjumlah sembilan.
Letak dari satu komplek ke komplek candi lainnya cukup jauh. Bahkan jarak dari pintu utama ke kelompok candi pertama saja berjarak sekitar 200 meter dengan jalan yang menanjak. Semakin besar nama kelompok candi maka semakin tinggi pula lokasi candi itu. Untuk memutari seluruh komplek candi dibutuhkan tenaga ekstra karena jalannya yang semakin mendaki dan suhu udara yang cukup dingin sekitar 15 samapai 27 derajat Celsius. Ketika diperhatikan lebih jauh candi-candi yang berada disini memiliki kesamaan seperti candi yang saya temui ketika berpetualang di Dieng, Wonosobo.
Untuk menuju komplek candi 9 jalan yang dilalui adalah melewati kumpulan pohon pinus. Pohon-pohon ini berdiri tegak dan teratur sehingga memberikan pemandangan yang indah. Menurut cerita orang setempat dahulu candi-candi ini
digunakan oleh para raja untuk berdoa atau bertapa dan mendekatkan
diri pada dewa. Dibangunnya Gedong Songo di dataran yang tinggi atau pegunungan dimaksudkan untuk menjaga kekhusukan dalam berdoa. Selain itu anggapan bahwa semakin tinggi lokasi sembahyang maka akan semakin cepat terkabul doa mereka karena letaknya yang semakin dekat dengan tempat dewa di langit.
Selain candi di komplek wisata ini
juga terdapat tempat pemandian air panas. Karena disalah satu lokasi
banyak dijumpai batuan belerang yang mengandung sulfur. Untuk memasuki
atau mandi sembari menikmati hangatnya air panas ini dikenakan biaya masuk sebesar 40.000 IDR/orang. Bagi anda yang tetap ingin mengitari seluruh komplek candi tanpa merasa lelah ditempat ini juga disediakan penyewaan kuda. Jadi selama perjalanan ini anda akan menaiki kuda. Untuk memutari seluruh komplek dengan berkuda harga sewa untuk wisatawan lokal sebesar 50.000 IDR.
Tidak hanya sembarang menaiki kuda, saat menaikinya
para pemilik kuda juga akan memberikan pelatihan dan pelajaran yang
langsung dapat dipraktekan tentang bagaimana caranya menunggang kuda
yang benar. Selain menikmati
wisata sejarah bagi anda yang belum mengerti cara berkuda dengan baik
tentunya akan membuat anda setidaknya menjadi mengerti bagaimana cara
menunggang kuda yang baik dan benar.
Udara yang dingin tentunya akan membuat kita mudah lapar. Untuk mengisi perut yang kosong di area ini juga banyak dijual sate kelinci. Tetapi bagi anda yang tidak suka karena merasa tidak tega memakan hewan lucu itu banyak terdapat alternatif makanan lainnya disana. Di area tersebut juga banyak dijual cenderamata dan baju hangat yang dapat anda jadikan sebagai oleh-oleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar