Sabtu, 01 Desember 2012

Gedong Songo




This Hindu-temple complex is located on the slopes of Mount Ungaran, around 45km from Semarang. The temple is thought to date back to the eighth-century Sanjaya Dynasty era. GedongSongo (which means "nine buildings") consists of nine temples, however only five are still standing. These are spread across an open fields surrounded by pine trees. Come when the weather is clear and you will be able to see a panorama that takes in Rawa Pening, as well as four mountains that are etched onto the Javanese skyline: Merapi, Merbabu, Telomoyo and Andong.

An Exotic Culture on the Slope of Ungaran Mountain
The bilateral relation between Mataram Kuno and India Kingdom didn’t only deal with trade, but also with culture and belief. The influence of India culture can be seen from the architectural style of some temples spread around Indonesia. One of the temple complex using India style and the mixture of local culture is the complex of Gedong Songo Temple. It is located on the slope of Ungaran Mountain with 1200 meters height above the sea. There is not exact data when the temple was built, but based on the artefact around the temple and the resemblance of its physical appearance with the temple complex on Dieng highland, the experts concluded that Gedong Songo Temple was built in the same era, which was around 7th to 9th century in Sanjaya Dynasty era.

The trip to Gedong Songo temple is quite challenging since we have to pass steep grade and sharp bend. However, our hard trip was paid by its beauty. From the gate, we could see the temple impressively and sophisticatedly stood on the mountain slope in line from the lower ground to the highest. The smell of the wet soil, the new-cut grass, the pine rubber, the smell of wild flowers, and the mountain fresh air gave special sensation. The sun light coming through between the pine trees and giving out its brightness to the temple was like a perfect morning painting.
Before named Gedong Songo (nine buildings), this temple complex was named Gedong Pitoe (seven buildings) because when they were first found there were only seven groups of temple. After the other two were found later, the complex was named Gedong Songo Temple, which meant nine building complex. However, nowadays there are only five complex can be visited by the tourists because the other four are broken and only fragments remain. In addition, they have been preserved by Dinas Purbakala (Archeological Service). To enjoy the view of all temples, we can use two possible ways; the first way is by walking through the stony path from Gedong Temple I to Gedong Temple V, or by riding a horse through the opposite way. At that time, YogYES tried the second way by riding a horse and starting the adventure from Gedong Temple V located on the top of the highland, which was called Puncak Nirwana.
At the beginning, we were quite unsure of riding a horse in the forest and passing steep and curve road, but it started to disappear when the horse started to walk through the road. Our journey became so exciting when we heard a harmony of the horse walk, its whinnying sound, and the birdsong accompanied us. After the steep grade, the road went slope steadily, so we had to upright our body and hang on the horse tightly. From Gedong Temple V, YogYES could see a group of mountains consisted of Sindoro, Sumbing, Merbabu, and Telomoyo mountain in the distance. When we continued our journey to Gedong Songo IV, suddenly the sun was covered by cloud and the fog started to come. The sulphur odor was smelt from the hot water spring between Gedong Songo Temple IV and III. We felt like being in an unknown world where everything was silent and mysterious, yet it gave us eternal peace.

The entrance ticket to the complex is: IDR 5,000

The horse trip to Gedong Songo Temple:
Domestic tourist: IDR 50,000
Foreign tourist: IDR 70,000

The village horse trip:
Domestic tourist: IDR 25,000
Foreign tourist: IDR 35,000

The hot water well horse trip:
Domestic tourist: IDR 40,000
Foreign tourist: IDR 60,000


Candi Gedong Songo
Kompleks candi Hindu ini bertengger di lereng Gunung Ungaran, sekitar 45 kilometer dari Semarang. Ia diperkirakan berasal dari era Dinasti Sanjaya di abad kedelapan. Gedong Songo ("sembilan bangunan") merepresentasikan sembilan candi, namun yang tersisa kini hanya lima. Mereka tersebar di padang terbuka dalam bingkaian hutan pinus. Datang ke kompleks ini saat cuaca cerah, Anda bisa menyaksikan panorama menawan Rawa Pening serta empat gunung yang mengukir langit jawa: Merapi, Merbabu, Telomoyo, dan Andong.

Candi Gedong Songo merupakan komplek candi yang terletak di perbukitan dengan jumlah sembilan candi. Untuk dapat mengunjunginya, anda bisa menyewa kuda yang banyak terdapat di tempat wisata ini dengan harga sekitar Rp. 50.000. Apabila berjalan kaki akan cukup melelahkan karena jarak antara candi cukup berjauhan dengan jalan yang cukup menanjak terjal. 

Udara di sekitar candi sangat sejuk dan segar, pemandangannya pun sangat indah, dilengkapi dengan areal parkir yang luas. Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C). Selain wisata purbakala & pemandangan alam yang indah, di tempat ini juga dapat anda jumpai pemandian air panas alam yang mengandung belerang cukup tinggi, baik untuk kesehatan.

Kompasiana

Saat perjalanan dari kota Ambarawa menuju Semarang saya menyempatkan diri untuk mengunjungi objek wisata Gedong Songo. Saya tertarik untuk menyambangi tempat itu setelah melihat papan reklame penunjuk jalan  yang menujukan arah ke Gedong Songo.
Untuk mencapai komplek candi Hindu itu memang jalan yang ditempuh cukup berat. Jalanan yang menanjak serta tikungan yang tajam harus dilalui. Karena letak dari kompleks candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran. Wilayah ini termasuk kedalam Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Tikungan yang dilalui cukup tajam hingga mencapai 45 derajat. Sepanjang perjalanan mata ini akan dimanjakan oleh hijaunya pepohonan dan pemandangan ladang-ladang  sayur milik warga sekitar. Selama perjalanan kami melalui dua buah pasar. Disini banyak dijual hasil pertanian seperti sayur mayur dan buah-buahan.
Setelah menempuh waktu sekitar 45 menit dari persimpangan jalan raya Bandungan akhirnya sampailah di pintu utama objek wisata Gedong Songo. Untuk masuk ke dalam komplek candi para pengunjung dikenakan biaya sebesar 5.000 IDR. Gedong Songo dalam bahasa Jawa “gedong” yang artinya bangunan atau rumah dan “songo” artinya sembilan, jadi gedong songo artinya kelompok gedung yang berjumlah sembilan.
Letak dari satu komplek ke komplek candi lainnya cukup jauh. Bahkan jarak dari pintu utama ke kelompok candi pertama saja berjarak sekitar 200 meter dengan jalan yang menanjak. Semakin besar nama kelompok candi maka semakin tinggi pula lokasi candi itu. Untuk memutari seluruh komplek candi dibutuhkan tenaga ekstra karena jalannya yang semakin mendaki dan suhu udara yang cukup dingin sekitar 15 samapai 27 derajat Celsius. Ketika diperhatikan lebih jauh candi-candi yang berada disini memiliki kesamaan seperti candi yang saya temui ketika berpetualang di Dieng, Wonosobo.
Untuk menuju komplek candi 9 jalan yang dilalui adalah melewati kumpulan pohon pinus. Pohon-pohon ini berdiri tegak dan teratur sehingga memberikan pemandangan yang indah. Menurut cerita orang setempat dahulu candi-candi ini digunakan oleh para raja untuk berdoa atau bertapa dan mendekatkan diri pada dewa. Dibangunnya Gedong Songo di dataran yang tinggi atau pegunungan dimaksudkan untuk menjaga kekhusukan dalam berdoa. Selain itu anggapan bahwa semakin tinggi lokasi sembahyang maka akan semakin cepat terkabul doa mereka karena letaknya yang semakin dekat dengan tempat dewa di langit.
Selain candi di komplek wisata ini juga terdapat tempat pemandian air panas. Karena disalah satu lokasi banyak dijumpai batuan belerang yang mengandung sulfur. Untuk memasuki atau mandi sembari menikmati hangatnya air panas ini dikenakan biaya masuk sebesar 40.000 IDR/orang. Bagi anda yang tetap ingin mengitari seluruh komplek candi tanpa merasa lelah ditempat ini juga disediakan penyewaan kuda. Jadi selama perjalanan ini anda akan menaiki kuda. Untuk memutari seluruh komplek dengan berkuda harga sewa untuk wisatawan lokal sebesar 50.000 IDR.
Tidak hanya sembarang menaiki kuda, saat menaikinya para pemilik kuda juga akan memberikan pelatihan dan pelajaran yang langsung dapat dipraktekan tentang bagaimana caranya menunggang kuda yang benar. Selain menikmati wisata sejarah bagi anda yang belum mengerti cara berkuda dengan baik tentunya akan membuat anda setidaknya menjadi mengerti bagaimana cara menunggang kuda yang baik dan benar.
Udara yang dingin tentunya akan membuat kita mudah lapar. Untuk mengisi perut yang kosong di area ini juga banyak dijual sate kelinci. Tetapi bagi anda yang tidak suka karena merasa tidak tega memakan hewan lucu itu banyak terdapat alternatif makanan lainnya disana. Di area tersebut juga banyak dijual cenderamata dan baju hangat yang dapat anda jadikan sebagai oleh-oleh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar