Palasara adalah
putra tunggal Bambang Sakri, dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Sati, putri
Prabu Partawijaya, raja negara Tabelasuket. Ia diberi nama Palasara oleh
kakeknya, Resi Manumayasa, yang berarti ; senjata yang ampuh. Nama tersebut
merupakan anugrah Sanghyang Jagadnata yang disampaikan oleh Sanghyang Narada.
Sejak kecil Palasara tekun bertapa dan mempelajari ilmu
pengobatan. Wataknya halus, penuh semangat, pendiam, cinta dan kasih kepada
sesama makluk. Ia memiliki ilmu kesaktian yang dapat menciptakan apa saja
sesuai yang dikehendaki. Ketekunannya bertapa pernah diuji oleh Dewata yang
beralih rupa menjadi sepasang burung pipit yang bersarang dan menetas di kepalanya,
yang menjadi sarana ia bertemu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi,
raja Wirata. Saat itu Dewi Durgandini sedang melakukan ruwat ngrame untuk
mengobati penyakitnya, menjadi pendayung perahu di Sungai Gangga dengan nama
Dewi Lara Amis.
Dengan kesaktiannya Palasara berhasil menyembuhkan penyakit
Dewi Durgandini. Mereka kemudian kawin dan berputra seorang lelaki yang diberi
nama Abiyasa. Palasara kemudian menciptakan negara baru Gajahoya, sedangkan
prajurit dan rajyatnya diciptakan dari semua mahluk yang hidup di hutan
tersebut. Palasara dan Dewi Durgandini juga mempunyai 6 (enam) orang putra
angkat yang tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini dan pecahan perahunya,
yaitu ; Dewi Ni Yutisnawati, Setatama, Gandawana, Rajamala, Kecakarupa dan
Rupakenca.
Atas keluhuran budinya, Palasara merelakan Dewi Durgandini
diperistri Prabu Santanu, raja Astina. Ia kemudian membawa Abiyasa kembali ke
pertapaan Retawu. Ia meninggal dalam usia lanjut di pertapaan Srungga, masih
dalam kawasan gunung Saptaarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar