Di sebuah desa di JawaTengah berdiamlah
seorang Pendeta yang sangat saleh. Pendeta ini mempunyai beberapa orang anak.
Salah satu anaknya sangat pintar, sehingga Pendeta mati-matian berusaha bekerja
agar anak ini bisa kuliah sesuai dengan keinginan anaknya yang ingin menjadi
seorang ahli dibidang politik.
Pada tahun 1995 si anak diterima disebuah
perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Saat terjadi reformasi total yang melengserkan Presiden Soeharto, si anak ikut
aktif berdemontrasi bersama mahasiswa. Bahkan dia salah satu pentolan, di mana
akhirnya anak itu ikut tertangkap sehingga terganggu kuliahnya.
Kabar ditangkapnya anak Pendeta tersebut sampai
ke desanya. Sang Pendeta sangat marah kepada anaknya dan berkata, “Anak tidak
tahu di untung, sudah negara ini aman dan dia bisa sekolah di jaman Orde Baru
ini, masih melawan bapak-bapak para pemimpin kita. Ini anak harus di hajar”,
ujar Sang Pendeta dengan nada kesal.
Tetapi dua tahun berikutnya, datang kabar
dari Jakarta
memberitakan anaknya sudah keluar dari penjara. Bahkan karena perjuangan
anaknya tersebut, si anak ikut diangkat menjadi anggota DPR/MPR bahkan jadi
salah satu menteri. Mendengar itu Sang Pendeta berkomentar: “Puji Tuhan memang
anak ini mudah rejeki dan selalu sukses sejak kecil hingga sekarang, saya tetap
di belakangmu walaupun kau melawan pemerintahan yang menyesengsarakan
masyarakat ini”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar