Sabtu, 01 September 2012

Tukang Berantem


Hampir semua desa di Tapanuli Utara mengharap ada anak desa tersebut menjadi pendeta, karena pendeta mereka anggap sebagai suatu pekerjaan yang sangat mulia dan sangat dihormati semua masyarakat yang mayoritas daerah itu penganut agama Nasrani.
Suatu ketika seorang Tuan Pendeta datang dari Jerman untuk mengunjungi sebuah desa di daerah ini. Karena Sang tuan pendeta dari Jerman mengetahui, bahwa hampir semua desa menyekolahkan minimal satu orang menjadi pendeta. Maka Sang tuan pendeta bertanya.
“Sudah berapa orang dari desa ini menjadi pendeta?”
Mendengar hal itu salah seorang tokoh masyarakat menjawab, “Tuan pendeta, hingga saat ini belum ada pendeta dari desa ini”.
“Bukankah semua desa di Tapanuli Utara ini berlomba-lomba agar ada pendeta dari desa masing-masing”. “Betul Tuan Pendeta, tapi sampai saat ini kami belum menemukan pelajar tukang berantem di desa ini?”
“Apa hubungannya tukang berantem dengan pendeta?”.
“Begini Tuan Pendeta, di daerah ini, jika anaknya pintar dan baik disuruh melanjutkan ke sekolah kedokteran, tehnik dan lain-lain, tetapi jika tukang berantem baru disuruh ke sekolah pendeta”
“0... 0... 0, pantesan para pendeta sekarang pada berantem melulu”.

Puji Tuhan


Di sebuah desa di JawaTengah berdiamlah seorang Pendeta yang sangat saleh. Pendeta ini mempunyai beberapa orang anak. Salah satu anaknya sangat pintar, sehingga Pendeta mati-matian berusaha bekerja agar anak ini bisa kuliah sesuai dengan keinginan anaknya yang ingin menjadi seorang ahli dibidang politik.